
Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun,
anak-anak menjalani hidup mereka dengan
sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa
ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu,
potensi ini terus berkembang (Mudah-
mudahan potensi ini tidak berakhir ketika
dewasa dan malah berubah menjadi
pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias
ignoran, hehehe).
Nah, momen paling krusial yang akan
dihadapi para orang tua adalah ketika
anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-
hatilah dalam memberikan jawaban atas
pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit
saja, bisa berarti kita menanam benih
kesyirikan dalam diri buah hati kita.
Nauzubillahi min zalik, ya…
Berikut ini saya ketengahkan beberapa
pertanyaan yang biasa anak-anak
tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat
Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah
Allah?”
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-
galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu,
kucing, cicak, kodok, burung, semuanya,
termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah,
ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap
mata anak sambil tersenyum manis)
Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….”
karena jawaban seperti itu pasti salah dan
menyesatkan.
Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing,
kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu
tidak sama dengan apa pun yang pernah
kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun,
bentuk Allah itu tidak sama dengan apa
yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan
dengan menatap mata anak sambil
tersenyum manis)
ﻓﺎﻃﺮ ﭐﻟﺴﻤـﻮٲﺕ ﻭﭐﻟﺄﺭﺽ ﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺃﺯﻭٲﺟﺎ ﻭﻣﻦ ﭐﻟﺄﻧﻌـﻢ
ﺃﺯﻭٲﺟﺎ ﻳﺬﺭﺅﻛﻢ ﻓﻴﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪۦ ﺷﻰﺀ ﻭﻫﻮ ﭐﻟﺴﻤﻴﻊ ﭐﻟﺒﺼﻴﺮ )١١ )
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia
menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan-pasangan [pula],
dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun
yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S.
Asy-Syura:11)
[baca juga Melihat Tuhan]
Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat
Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau
sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan
mata telanjang.
Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata),
jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3
ﻫﻮ ﺍﻟﺄﻭﻝ ﻭﺍﻟﺂﺧﺮ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻭﻫﻮ ﺑﻜﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻴﻢ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang
Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih
polos akan mempersamakan gaibnya Allah
dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri
dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu
Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata
senyata-nyatanya; lebih nyata daripada
yang nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi jika kita menggunakan diksi
(pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang
ditujukan pada Allah. Bukankah sudah
jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa
Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah
itu bukan sesuatu; tidak sama dengan
sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-
Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan)
Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak
ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma,
tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak
ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad
Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu
Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan
terungkap sampai akhir zaman di dunia
dan di akhirat.
ﺇﺫ ﻳﻐﺸﻰ ﭐﻟﺴﺪﺭﺓ ﻣﺎ ﻳﻐﺸﻰ )١٦( ﻣﺎ ﺯﺍﻍ ﭐﻟﺒﺼﺮ ﻭﻣﺎ ﻃﻐﻰ )١٧ )
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul
Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang
Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad]
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-
Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan
dari saya pribadi. Allahua’lam}
Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya
padanya (sambil melatih adik comel
berpikir retoris)
“Adik bisakah nampak matahari yang
terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena
mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat
matahari aja kita tak sanggup.
Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta
matahari itu. Iya ‘kan?!”
Atau bisa juga beri jawaban:
“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu
‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari
bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak
bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga
gak bisa melihat Allah karena Allah itu
Pencipta langit yang besar dan luas tadi.
Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu
kita salat. Allah Mahabesar.”
Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti
pernah saya ungkap di postingan “Melihat
Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan
Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis
tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan
tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek.
Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah
itu?
Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat
Allah karena Allah itu Mahabesar dan
teramat dekat dengan kita. Meskipun
demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat
tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau
di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika
anak karena di luar angkasa tidak
arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-
depan-belakang. Lalu jika Allah ada di
langit, apakah di bumi Allah tidak ada?
Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar
surga daripada Allah…berarti prinsip
"Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga
Ukuran Allahu Akbar]
ﺛﻢ ﭐﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﭐﻟﻌﺮﺵ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini
adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang
wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam
pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal
makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat
mutasyabihat ini tergolong makna yang
konotatif.
Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis
berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-
bagi, seperti para freemason atau politeis
Yunani Kuno.
Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah
itu selalu ada di hati setiap orang yang
saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi,
Allah selalu ada bersamamu di mana pun
kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-
sebut Lagi Yang Di Atas]
“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang
mukmin itu istana Allah.” (Hadis)
ﻭﺇﺫﺍ ﺳﺄﻟﻚ ﻋﺒﺎﺩﻱ ﻋﻨﻲ ﻓﺈﻧﻲ ﻗﺮﻳﺐ ﺃﺟﻴﺐ ﺩﻋﻮﺓ ﺍﻟﺪﺍﻉ ﺇﺫﺍ ﺩﻋﺎﻥ
ﻓﻠﻴﺴﺘﺠﻴﺐﻭﺍ ﻟﻲ ﻭﻟﻴﺆﻣﻨﻮﺍ ﺑﻲ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺮﺷﺪﻭﻥ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-
Baqarah (2) : 186)
ﻭﻫﻮ ﻣﻌﻜﻢ ﺃﻳﻦ ﻣﺎ ﻛﻨﺘﻢ
Dan Dia bersama kamu di mana saja
kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
ﻭﻟﻠﻪ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ ﻭﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻓﺄﻳﻨﻤﺎ ﺗﻮﻟﻮﺍ ﻓﺜﻢ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻠﻪ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,
maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) :
115)
“Allah sering lho bicara sama
kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk
bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama
kakak, adek atau teman, tidak malas
belajar, tidak susah disuruh makan,..nah,
itulah bisikan Allah untukmu,
Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata
anak sambil tersenyum manis)
ﻭﭐﻟﻠﻪ ﻳﻬﺪﻯ ﻣﻦ ﻳﺸﺂﺀ ﺇﻟﻰ ﺻﺮٲﻁ ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah
Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah
Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka.
Kalau kamu menyembah Allah, kamu
akan dimasukkan ke surga.”
Jawaban seperti ini akan membentuk
paradigma (pola pikir) pamrih dalam
beribadah kepada Allah bahkan menjadi
benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang
menyebabkan banyak orang menjadi ateis
karena menurut akal mereka,”Masak sama
Allah kayak dagang aja! Yang namanya
Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah
kayak anak kecil aja, kalau diturutin
maunya, surga; kalau gak diturutin,
neraka!!”
“Orang yang menyembah surga, ia
mendambakan kenikmatannya, bukan
mengharap Penciptanya. Orang yang
menyembah neraka, ia takut kepada neraka,
bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud
bersyukur karena Allah telah memberikan
banyak kebaikan dan kemudahan buat
kita. Contohnya, Adek sekarang bisa
bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi..
kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak
akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan
yang bisa kita pancing untuk makan, atau
untuk dijadikan ikan hias di akuarium.
Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang
rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek
gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah,
Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek.
Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak
guru tetap saja guru, biar pun kamu dan
teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak
guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak
sambil tersenyum manis)
ﺇﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻟﻐﻨﻰ ﻋﻦ ﭐﻟﻌـﻠﻤﻴﻦ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari
semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan
Makhluk?]
Katakan juga pada anak:
“Adek mulai sekarang harus belajar cinta
sama Allah, lebih daripada cinta sama
Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap
mata anak sambil tersenyum manis)
“Kenapa, Bu?”
“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa
meninggal dunia, sedangkan Allah tidak
pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah
atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh
merasa kesepian karena Allah selalu ada
untuk kamu. Nanti, Allah juga akan
mendatangkan orang-orang baik yang
sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah
sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau
para tetangga yang baik hati, juga teman-
temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra
supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji
Quran artinya kita berbicara sama Allah.
(Ucapkan dengan menatap mata anak
sambil tersenyum manis).
Allahu a’lam.
Penulis : Shofwa
Editor :Sang ilham
Sebagai seorang manusia, tentu kita tak pernah lepas dari berbagai amanah yang Allah berikan kepada kita. Amanah itu tak hanya pekerjaan atau mungkin sekolah yang saat ini sedang kita jalani, namun juga amanah sebagai siapa kita. Ketika kita lahir di dunia ini, Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai seorang anak, yang wajib berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.
Kita wajib mematuhi segala perintah kedua orangtua kita selama perintah tersebut bertujuan untuk semakin mendekatkan kita pada Allah dan tidak menuju pada maksiat. Bahkan kalaupun orangtua kita memerintah maksiat, dalam menolaknya pun kita harus dengan cara yang baik dan halus, agar orangtua tak tersinggung dan kecewa kepada kita.
Begitupun ketika kelak kita telah berkeluarga. Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai orang tua, juga sebagai seorang Suami atau Isteri. Amanah yang tak mudah namun bukan sebuah hal berat jika kita mampu terus mendekatkan diri kepada Allah, agar pertolonganNya selalu ada di setiap langkah kehidupan kita.
Nah, berbicara tentang amanah, tahukah kita bahwa sebenarnya amanah utama kita di dunia ini adalah sebagai seorang da’i atau pembawa kebaikan? Selain tentunya Allah menitipkan amanah sebagai seorang pemimpin, manusia diamanahkan untuk selalu berusaha mengajak orang lain menuju kebaikan dan memperjuangkan Agama Allah.
Sebagai seorang Rasul, Nabi Muhammad SAW jugalah seorang manusia. Allah menitipkan begitu banyak amanah untuk beliau emban. Namun tak sedikitpun beliau lelah dan mengeluh. Beda sekali dengan kita yang baru mendapatkan sedikit amanah saja mungkin sudah menyerah dan bahkan sampai marah kepada Allah. Nah, apa saja teladan yang bisa kita petik dari Rasulullaah Muhammad SAW yang begitu pandai menempatkan diri sesuai amanahnya itu? Ini dia:
1. Seorang Anak Yang Berbakti
Sudah tak asing lagi tentu bagi kita, kisah tentang Nabi Muhammad yang telah menjadi yatim sejak sebelum dilahirkan. Ya, Ayah beliau, Abdullah, telah meninggal bahkan sebelum sempat melihat anak lelakinya, Muhammad bin Abdullah, lahir. Begitupun kisah sedih Nabi saat harus menjadi seorang yatim piatu di kala masih berusia 6 tahun.
Ibu beliau, Siti Aminah, meninggal menyusul Abdullah. Saat Siti Aminah sakit, Nabi berpindah dari satu Ibu Susu ke Ibu Susu yang lain. Namun Nabi adalah anak yang baik dan tidak rewel, sehingga tak pernah menyusahkan Siti Aminah walaupun saat itu beliau masih kecil. Setelah dewasa, tak lupa Nabi selalu mendoakan dan memintakan ampun kedua orangtuanya kepada Allah. Bahkan Nabi selalu menasehati para sahabat dan ummatnya untuk selalu berbakti dan menghormati orangtua.
2. Seorang Suami Yang Penuh Cinta
Semua Istri Nabi Muhammad SAW tak pernah mengalami percekcokan atau perselisihan karena cemburu atau merasa diperlakukan tidak adil. Mereka semua hidup baik dan seperti sahabat karib karena keadilan Nabi dalam memberikan hak mereka sebagai seorang Istri.
Begitupun dengan Khadijah, satu-satunya wanita yang selama memperistrinya Rasulullah tak menikah dengan satu wanita pun. Khadijah begitu mencintai Rasulullah karena keshalihan dan kelembutan Rasul yang penuh cinta itu. Sehingga rumah tangga mereka bahagia, sakinah, mawaddah, dan rahmah.
3. Seorang Ayah Yang Penuh Kasih
Nabi Muhammad SAW tak pernah membedakan satu anaknya dengan satu anak yang lain. Semua beliau sayang dengan penuh cinta. Dengan begitu, semua anak beliau begitu patuh dan sangat menghormati dan berbakti pada beliau.
Seperti Fatimah yang kala masih kecil begitu sedih dan sambil menangis tersedu dia hapus darah yang berlumuran di kepala Rasulullah saat beliau pulang dari perang dalam keadaan luka. Dan setiap Nabi datang ke rumah untuk menjenguknya, Fatimah selalu sigap segera berdiri untuk menyambutnya dan Nabi akan dengan lembut mencium puterinya tersebut. Masya Allah, hubungan yang sangat romantis antara Ayah dan Anak yang penuh tauladan.
4. Seorang Kakek Yang Penyayang
Rasulullah memiliki dua cucu yang merupaka anak dari puterinya, Fatimah, dan Ali bin Thalib. Keduanya bernama Hasan dan Husein. Sejak kecil baik Hasan maupun Husein dangat dekat dengan Rasulullah. Bahkan Rasul sering memangku mereka dan tetap menggendong mereka yang tak mau lepas dari Rasul walaupun saat itu Rasul tengah menjalankan shalat.
Pernah suatu kali Nabi Muhammad shalat dan pada saat sujud, salah satu di antara Hasan dan Husein itu naik ke punggung Rasul dan bermain di sana. Dengan penuh sayang, bukannya marah karena shalatnya terganggu, Rasul langsung menggendong si cucu dan kembali meneruskan shalatnya.
5. Seorang Pemimpin Yang Adil dan Bijaksana
Sebagai seorang khalifah dan juga teladan kaum muslimin, semua yang dilakukan Rasulullah selalu menjadi contoh. Bahkan ketika pun sebagai seorang manusia yang tak luput dari khilaf, Rasulullah melakukan sedikit kesalahan, beliau langsung bertaubat dengan rasa sesal mendalam kepada Allah dan Allah langsung menegur beliau (kisah surat Abasa).
Dengan berbagai hal yang beliau lakukan, baik sebagai seorang Saudagar, seorang Suami, seorang Ayah, seorang Imam, seorang Kakek, seorang Guru, namun beliau tak pernah menjalankan amanah sebagi seorang Pemimpin dengan teledor dan asal-asalan. Islam di awal-awal kejayaannya di tangan Rasulullah, selalu hangat penuh dengan cinta, para sahabat berduyun-duyun penuh semangat menjalankan syiar Islam, para wanita hidup dengan aman, bahkan para musuh pun segan pada beliau.
Nah, itu tadi sedikit kisah tentang sedikit dari begitu banyaknya amanah yang Rasulullah Muhammad SAW miliki selama beliau hidup di dunia. Sejatinya semua amanah itu Allah yang memberi, dan akan Allah ambil kembali dan minta pertanggungjawabannya kepada kita kelak di akhirat. Pantaslah Rasulullah menjadi kekasih Allah, karena beliau adalahs ebaik-baik teladan yang harus kita contoh.
Muḥammad (
bahasa Arab:
محمد), selengkapnya
Muḥammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim (lahir di
Mekkah,
20 April 570 – meninggal di
Madinah,
8 Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul bagi umat Muslim. Ia memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan
pemerintahan tunggal Islam. Meski non-Muslim umumnya menganggap Muhammad sebagai pendiri Islam, dalam pandangan Muslim, Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa
nabi dan rasul sebelumnya sejak dari
Nabi Nuh. Umat Muslim menyebut Muhammad dengan salam penghormatan "Shalallaahu 'Alayhi Wasallam" dan mengiringi dengan
shalawat Nabi setiap nama Muhammad diperdengarkan.
Lahir pada tahun 570 di
Mekkah, Muhammad melewati masa kecil sebagai yatim piatu; ia dibesarkan di bawah asuhan pamannya
Abu Thalib. Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Ia kadang-kadang mengasingkan diri ke
gua sebuah bukit hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa; diriwayatkan dalam usia ke-40, Muhammad didatangi
Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah. Ia menyatakan dirinya sebagai utusan Allah, sebagaimana nabi-nabi yang telah Allah utus sebelumnya. Tiga tahun setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka, menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya. Praktik atau amalan Muhammad diriwayatkan dalam
hadits, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam bersama
Al-Quran.
Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke
Habsyah, sebelum Muhammad memulai misi
hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan
Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah, Muhammad menyatukan suku-suku di bawah
Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-hala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani
Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan wafat. Muhammad meninggalkan
Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.
(ilham)