Aku ingat bahwa seorang tholibul ilmi berkata: "Aku mengeluhkan kelupaanku, yaitu apabila aku membaca al qur'an aku terlupa.
Maka temannya mengatakan kepadanya: "Termasuk dari rahmat Allah Azza wa jalla dan kebaikannya kepada para hambaNya, mereka lupa.
☑ Karena apabila seseorang lupa maka dia akan memurojaah hafalannya, dan ketika dia memurojaah hafalannya maka dia akan mendapatkan faedah yang lebih baik daripada dia membaca dan menghafal dan dia tidak lupa.
Karena jika engkau engkau membaca dan menghafal kemudian engkau tidak lupa sedikitpun, engkau akan tinggalkan membaca Al Qur'an walaupun pada waktu yang dibutuhkan.
Tetapi selama engkau tau bahwa engkau lupa dari hafalanmu maka engkau akan murojaah berulang ulang, demikian seterusnya.
Kemudian dia menimpali Demi Allah engkau telah berbuat baik kepadaku, engkau telah membuatku semangat dengan pengertian yang seperti ini.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah- mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati- hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya… Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya: Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?” Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?” Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?” Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Jawablah: “Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala- galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis) Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?” Jangan jawab begini: “Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan. Jawablah begini: “Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis) ﻓﺎﻃﺮ ﭐﻟﺴﻤـﻮٲﺕ ﻭﭐﻟﺄﺭﺽ ﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺃﺯﻭٲﺟﺎ ﻭﻣﻦ ﭐﻟﺄﻧﻌـﻢ ﺃﺯﻭٲﺟﺎ ﻳﺬﺭﺅﻛﻢ ﻓﻴﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪۦ ﺷﻰﺀ ﻭﻫﻮ ﭐﻟﺴﻤﻴﻊ ﭐﻟﺒﺼﻴﺮ )١١ ) [Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11) [baca juga Melihat Tuhan] Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“ Jangan jawab begini: Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini. Al-Hadid (57) : 3 ﻫﻮ ﺍﻟﺄﻭﻝ ﻭﺍﻟﺂﺧﺮ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻭﻫﻮ ﺑﻜﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻴﻢ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan. Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu. Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat- Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat. ﺇﺫ ﻳﻐﺸﻰ ﭐﻟﺴﺪﺭﺓ ﻣﺎ ﻳﻐﺸﻰ )١٦( ﻣﺎ ﺯﺍﻍ ﭐﻟﺒﺼﺮ ﻭﻣﺎ ﻃﻐﻰ )١٧ ) [Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An- Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam} Jawablah begini: “Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?” Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris) “Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!” Atau bisa juga beri jawaban: “Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.” Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”. Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu? Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.” Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?” Jangan jawab begini: “Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.” Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan- depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip "Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar] ﺛﻢ ﭐﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﭐﻟﻌﺮﺵ Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif. Juga jangan jawab begini: “Nak, Allah itu ada di mana-mana.” Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi- bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno. Jawablah begini: “Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.” [baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut- sebut Lagi Yang Di Atas] “Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis) ﻭﺇﺫﺍ ﺳﺄﻟﻚ ﻋﺒﺎﺩﻱ ﻋﻨﻲ ﻓﺈﻧﻲ ﻗﺮﻳﺐ ﺃﺟﻴﺐ ﺩﻋﻮﺓ ﺍﻟﺪﺍﻉ ﺇﺫﺍ ﺩﻋﺎﻥ ﻓﻠﻴﺴﺘﺠﻴﺐﻭﺍ ﻟﻲ ﻭﻟﻴﺆﻣﻨﻮﺍ ﺑﻲ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺮﺷﺪﻭﻥ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al- Baqarah (2) : 186) ﻭﻫﻮ ﻣﻌﻜﻢ ﺃﻳﻦ ﻣﺎ ﻛﻨﺘﻢ Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4) ﻭﻟﻠﻪ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ ﻭﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻓﺄﻳﻨﻤﺎ ﺗﻮﻟﻮﺍ ﻓﺜﻢ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻠﻪ Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115) “Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis) ﻭﭐﻟﻠﻪ ﻳﻬﺪﻯ ﻣﻦ ﻳﺸﺂﺀ ﺇﻟﻰ ﺻﺮٲﻁ ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213) Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?” Jangan jawab begini: “Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.” Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!” “Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) Jawablah begini: “Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita. Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis) ﺇﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻟﻐﻨﻰ ﻋﻦ ﭐﻟﻌـﻠﻤﻴﻦ Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6) [baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?] Katakan juga pada anak: “Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis) “Kenapa, Bu?” “Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman- temanmu.” Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis). Allahu a’lam.
Penulis : Shofwa
Editor :Sang ilham
★★Tafsir Singkat Surat Al Fatihah★★ ♥♥Surat Al-Fatihah♥♥
♥♥Surat Al-Fatihah adalah surah yang diturunkan di Mekah (makkiyyah) dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), juga dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran.Surat Al-Fatihah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, persesuaian surat ini dengan surat Al Baqoroh (Sapi Betina, Kisah Nabi Musa as) dan surat-surat sesudahnya ialah Surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqoroh dan surat-surat yang sesudahnya.
☆☆RIWAYAT, TAFSIR SURAT AL-FATIHAH☆☆
☆★Pembagian Surat Al-Fatihah☆★
♥♥Diriwayatkan dari Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Tholib k.w.; Aku telah mendengar Rosululloh Muhammad saw bersabda: "Alloh telah membagi Surat Al Fatihah di antara-Ku dan Hamba-Ku, sebagian Surat itu untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku (Aku mengabulkan) segala yang dia minta:
★★Tafsir Singkat Surat Al Fatihah ;
>>>>BismillaaHirrohmaanirrohiim<<<<
★★("Bila Hamba membaca") "Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". "Alloh menjawab": "Hamba-Ku memulai menyebut dengan asma-Ku dan wajib atas-Ku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan memberkahi keadaannya". ("Dengan Menyebut Nama Alloh... disini seumpama menyebutkan seluruh Nama2 Alloh.. lihat Keutamaan Kalimat Bismillahirrohmanirrohim)
>>>>Al-hamdulillaaHi robbil 'aalamiin<<<<
★★("Bila Hamba membaca") "Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam", "Alloh menjawab": "Hamba-Ku memuji-Ku dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari-Ku dan semua petaka yang aku hindarkan daripadanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-Ku, Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat akhirat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan daripadanya petaka dunia".
>>>>Ar-rohmaanir-rohiim<<<<
★★("Bila Hamba membaca"): "Maha Pengasih lagi Maha Penyayang", "Alloh menjawab": "Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa Aku Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian, Aku akan menyempurnakan nikmat-Ku menjadi miliknya, dan Aku akan menganugerahkan pemberian-Ku sebagai kesempurnaannya".
>>>>Maaliki yaumid-diin<<<<
★★("Bila Hamba membaca"): "Yang Menguasai Hari Pembalasan", "Alloh menjawab": "Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengetahui bahwa Aku sebagai Penguasa Hari Kemudian, maka Aku memudahkan kelak di Hari Kiamat atas hisabnya dan Aku mengabulkan seluruh kebajikan-kebajikannya dan Aku memaafkan seluruh perbuatan salahnya selama ia beribadah kepada-Ku".
>>>>Iyyaa kana' budu wa iyyaa kanasta 'iin<<<<
★★("Bila Hamba membaca"): "Hanya Engkau-lah yang kami sembah". "Alloh menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal perbuatan salahnya dalam beribadah kepada-Ku". ★★("Bila Hamba membaca"): "Dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan", "Alloh menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan menolongnya di dalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku menolongnya ketika ia berada di hari yang mencekam".
>>>>IHdinash-shiroothol-mustaqiimShiroothol-ladziina an 'amta 'alaihim, Ghoiril-magh-dluu bi 'alaihim wa ladl-dloo-l-liin<<<<
★★("Bila Hamba membaca"): "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat", "Alloh menjawab": "Semua permohonan hamba-hamba-Ku (akan Ku-penuhi). Dan baginya segala yang dia minta dan Aku pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan Aku lindungi dia dari segala yang dia takuti".
☆☆(Dikutip dari Tafsir As-Sofi, Jilid I hal. 75)
★★Demikianlah sedikit Tafsir Singkat Surat Al Fatihah, yang sesungguhnya sangat luaslah Tafsir Surat Al Fatihah tersebut.
♥♥♥"Jika perkataan keluar dari Hati, maka akan berpengaruh pada Hati, jika perkataan keluar dari lidah, maka ia tidak akan sampai ke telinga"♥♥♥
Keistimewaan Membaca Surat Al-Fatihah 1. Kebaikan orang tersbeut diterima oleh Allah SWT.
2. Seluruh dosanya yang ada di dunia diampuni.
3. Akan selamat lidah mereka dari api neraka yang sangat panas.
4. Akan terhindar dari murka Allah SWT.
5. Mampu berjumpa dengan Allah SWT.
6. Terbebas dari azab ketika ia dikubur nanti.
7. Mendapat derajat yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak membaca, nanti ketika di surga.
8. Keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Fatihah sebelum tidur mampu membuat seseorang aman dari segala hal, kecuali kematian.
9. Rumah yang sering dibacakan Al-Fatihah dan Al-Ikhlas akan bebas dari kefakiran, serta akan berlimpah kebaikan.
10. Membaca Al-Fatihah sudah seakan-akan menyedekah emas di jalan Allah.
11. Satu ayat dari surat Al-Fatihah menutup satu pintu neraka bagi orang tersbeut.
12. Membaca surat Al-Fatihah dengan ayat kursi dan dua ayat surat aL-Imran ketika shalat akan dibalas di surga.
13. Manfaat membaca Al-Fatihah yang terakhir adalah kita seakan telah membaca kitab injil, zabur, taurat. Quran, suhuf Ibrahim dan suhuf Idris sebanyak 7 kali.
14. Manfaat Al-Fatihah supaya rezeki lancar dan tercapai cita cita
15. Manfaat Al-Fatihah bisa mengobati segala jenis penyakit.
16. Manfaat Al-Fatihah bisa menghilangkan kebingungan dalam hati dan fikiran.
Rasulullah SAW mengemukakan beberapa keutamaan surat Al-fatihah yaitu: 1. Mengandung 7 ayat pujian yang setiap hari dibaca berulang-ulang (as-sab'ul Masani). 2.penjalin hubungan antara hamba dan Allah SWT, sebagai pernyataan keimanan dan permohonan makhluk kepada tuhannya. 3.Surat Al-fatihah dan kowatimul baqoroh adalah 2 cahaya Allah SWT, yang hanya diberikan kepada Rasulullah SAW. 4. Allah SWT memberikan keutamaan surat Al-fatihah kepada pembacanya. 5. Surat Al-fatihah adalah do'a penyembuh sakit.
Padahal disaat kita selesaimembacasatuayatdarisurahAl-Fatihah,Allahmenjawabsetiapucapankita, maka dari itu kita disunahkan berhenti sejenak setiap selesai membaca satu ayat..
Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah Ta'ala berfirman :
Banyak sekali orang yang cara membacanya tegesa-gesa tanpa spasi, dan seakan-akan ingin cepat menyelesaikan shalatnya. Padahal di saat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah tersebut, ALLAH menjawab setiap ucapan kita.
Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah Subhanahu Wata'ala ber-Firman: "Aku membagi shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku." ■ Artinya, tiga ayat di atas Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in adalah Hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya. ■ Ketika Kita mengucapkan "AlhamdulillahiRabbil 'alamin". Allah menjawab: "Hamba-Ku telah memuji-Ku." ■ Ketika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim", Allah menjawab: "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku." ■ Ketika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin", Allah menjawab: "Hamba-Ku memuja-Ku." ■ Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”, Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.” ■ Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzinaan’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.” Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi) ■ Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat. Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita. ■ Selanjutnya kita ucapkan "Aamiin" dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat pun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita. ■ Barangsiapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah akan memberikan Ampunan kepada-Nya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Sahabat jika Artikel Ini bermanfaat silahkan dibagikan , sampaikan walau satu ayat
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam; "Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada."
Ada 2 pilihan utk anda : ⇨ Biarkan saja tulisan ini tanpa bermanfaat utk org lain.
atau
⇨Anda sebarkan kepada semua kenalan anda.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yg menyampaikan ilmu saja dan ada org yg mengamalkannya, maka walaupun yg menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala..
Amiiin yaa Robbal alamin... dikutip dari "Terjemah Majmu' Syarif Kamil" penggagas dan pengarah; Agus Abdurahim Dahlan
"Barangsiapa menjaga kesucian diri dari meminta-minta maka Allah akan menjaga kesuciannya, dan barangsiapa yang merasa cukup dari harta manusia maka Allah akan mencukupinya, dan barangsiapa yang meminta-minta kepada manusia padahal dia memiliki setara 5 Uqiyah (200 dirham, senilai kurang lebih 595 gram perak) maka sungguh dia telah meminta-minta kepada manusia secara paksa." [HR. Ahmad dari seorang sahabat yang berasal dari Muzainah, Ash-Shahihah: 2314] Beberapa Pelajaran: 1) Hendaklah seorang hamba bergantung hanya kepada Allah ta'ala dan membebaskan diri dari ketergantungan kepada makhluk. 2) Mintalah kepada Allah ta'ala, jangan meminta-minta kepada makhluk. 3) Merasa cukup dengan Allah ta'ala dan yakin dengan pertolongan-Nya, karena sesungguhnya barangsiapa bersandar kepada Allah maka cukuplah Allah sebagai Penolongnya. 4) Tidak meminta-minta kepada manusia dan bersandar hanya kepada Allah ta'ala adalah dua sifat yang akan saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, apabila salah satu menguat dalam diri seorang hamba maka yang lainnya pun akan semakin kokoh, dan untuk memiliki kedua sifat ini membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh. 5) Dengan menjaga kesucian diri dari meminta-minta dan merasa cukup, seorang hamba akan meraih kehidupan yang baik, kenikmatan dunia yang hakiki dan sifat qona'ah (merasa cukup dengan pemberian Allah ta'ala). [Disarikan dari Bahjatul Quluubil Abrar lil 'Allamah As-Sa'di rahimahullah, hal. 88-89] وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
ARTI DARI IJAB QOBUL Saya Terima Nikahnya si dia binti ayah si dia dengan Mas Kawinnya..... DiBayaaaar Kontaaan.
Singkat, padat dan jelas..
Tapi tahukan makna PERJANJIAN/IKRAR tersebut ?
Maka aku tanggung dosa2nya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yg telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat..
Semua yang berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak2ku..
Jika aku GAGAL ?
Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku. (HR. Muslim)
Duhai para istri :
Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu, karena saat Ijab terucap, Arsy-NYA berguncang karena beratnya perjanjian yang di buat olehnya di depan ALLAH dengan di saksikan para malaikat dan manusia..
Maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu.
Maka itupun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami terhadapmu, SubhanALLAH. Dikutip dari : https://www.facebook.com/Pembuka.salam
Sebagai seorang manusia, tentu kita tak pernah lepas dari berbagai amanah yang Allah berikan kepada kita. Amanah itu tak hanya pekerjaan atau mungkin sekolah yang saat ini sedang kita jalani, namun juga amanah sebagai siapa kita. Ketika kita lahir di dunia ini, Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai seorang anak, yang wajib berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.
Kita wajib mematuhi segala perintah kedua orangtua kita selama perintah tersebut bertujuan untuk semakin mendekatkan kita pada Allah dan tidak menuju pada maksiat. Bahkan kalaupun orangtua kita memerintah maksiat, dalam menolaknya pun kita harus dengan cara yang baik dan halus, agar orangtua tak tersinggung dan kecewa kepada kita. Begitupun ketika kelak kita telah berkeluarga. Allah menitipkan amanah kepada kita sebagai orang tua, juga sebagai seorang Suami atau Isteri. Amanah yang tak mudah namun bukan sebuah hal berat jika kita mampu terus mendekatkan diri kepada Allah, agar pertolonganNya selalu ada di setiap langkah kehidupan kita. Nah, berbicara tentang amanah, tahukah kita bahwa sebenarnya amanah utama kita di dunia ini adalah sebagai seorang da’i atau pembawa kebaikan? Selain tentunya Allah menitipkan amanah sebagai seorang pemimpin, manusia diamanahkan untuk selalu berusaha mengajak orang lain menuju kebaikan dan memperjuangkan Agama Allah. Sebagai seorang Rasul, Nabi Muhammad SAW jugalah seorang manusia. Allah menitipkan begitu banyak amanah untuk beliau emban. Namun tak sedikitpun beliau lelah dan mengeluh. Beda sekali dengan kita yang baru mendapatkan sedikit amanah saja mungkin sudah menyerah dan bahkan sampai marah kepada Allah. Nah, apa saja teladan yang bisa kita petik dari Rasulullaah Muhammad SAW yang begitu pandai menempatkan diri sesuai amanahnya itu? Ini dia:
1. Seorang Anak Yang Berbakti
Sudah tak asing lagi tentu bagi kita, kisah tentang Nabi Muhammad yang telah menjadi yatim sejak sebelum dilahirkan. Ya, Ayah beliau, Abdullah, telah meninggal bahkan sebelum sempat melihat anak lelakinya, Muhammad bin Abdullah, lahir. Begitupun kisah sedih Nabi saat harus menjadi seorang yatim piatu di kala masih berusia 6 tahun. Ibu beliau, Siti Aminah, meninggal menyusul Abdullah. Saat Siti Aminah sakit, Nabi berpindah dari satu Ibu Susu ke Ibu Susu yang lain. Namun Nabi adalah anak yang baik dan tidak rewel, sehingga tak pernah menyusahkan Siti Aminah walaupun saat itu beliau masih kecil. Setelah dewasa, tak lupa Nabi selalu mendoakan dan memintakan ampun kedua orangtuanya kepada Allah. Bahkan Nabi selalu menasehati para sahabat dan ummatnya untuk selalu berbakti dan menghormati orangtua.
2. Seorang Suami Yang Penuh Cinta
Semua Istri Nabi Muhammad SAW tak pernah mengalami percekcokan atau perselisihan karena cemburu atau merasa diperlakukan tidak adil. Mereka semua hidup baik dan seperti sahabat karib karena keadilan Nabi dalam memberikan hak mereka sebagai seorang Istri. Begitupun dengan Khadijah, satu-satunya wanita yang selama memperistrinya Rasulullah tak menikah dengan satu wanita pun. Khadijah begitu mencintai Rasulullah karena keshalihan dan kelembutan Rasul yang penuh cinta itu. Sehingga rumah tangga mereka bahagia, sakinah, mawaddah, dan rahmah.
3. Seorang Ayah Yang Penuh Kasih
Nabi Muhammad SAW tak pernah membedakan satu anaknya dengan satu anak yang lain. Semua beliau sayang dengan penuh cinta. Dengan begitu, semua anak beliau begitu patuh dan sangat menghormati dan berbakti pada beliau. Seperti Fatimah yang kala masih kecil begitu sedih dan sambil menangis tersedu dia hapus darah yang berlumuran di kepala Rasulullah saat beliau pulang dari perang dalam keadaan luka. Dan setiap Nabi datang ke rumah untuk menjenguknya, Fatimah selalu sigap segera berdiri untuk menyambutnya dan Nabi akan dengan lembut mencium puterinya tersebut. Masya Allah, hubungan yang sangat romantis antara Ayah dan Anak yang penuh tauladan.
4. Seorang Kakek Yang Penyayang
Rasulullah memiliki dua cucu yang merupaka anak dari puterinya, Fatimah, dan Ali bin Thalib. Keduanya bernama Hasan dan Husein. Sejak kecil baik Hasan maupun Husein dangat dekat dengan Rasulullah. Bahkan Rasul sering memangku mereka dan tetap menggendong mereka yang tak mau lepas dari Rasul walaupun saat itu Rasul tengah menjalankan shalat. Pernah suatu kali Nabi Muhammad shalat dan pada saat sujud, salah satu di antara Hasan dan Husein itu naik ke punggung Rasul dan bermain di sana. Dengan penuh sayang, bukannya marah karena shalatnya terganggu, Rasul langsung menggendong si cucu dan kembali meneruskan shalatnya.
5. Seorang Pemimpin Yang Adil dan Bijaksana
Sebagai seorang khalifah dan juga teladan kaum muslimin, semua yang dilakukan Rasulullah selalu menjadi contoh. Bahkan ketika pun sebagai seorang manusia yang tak luput dari khilaf, Rasulullah melakukan sedikit kesalahan, beliau langsung bertaubat dengan rasa sesal mendalam kepada Allah dan Allah langsung menegur beliau (kisah surat Abasa). Dengan berbagai hal yang beliau lakukan, baik sebagai seorang Saudagar, seorang Suami, seorang Ayah, seorang Imam, seorang Kakek, seorang Guru, namun beliau tak pernah menjalankan amanah sebagi seorang Pemimpin dengan teledor dan asal-asalan. Islam di awal-awal kejayaannya di tangan Rasulullah, selalu hangat penuh dengan cinta, para sahabat berduyun-duyun penuh semangat menjalankan syiar Islam, para wanita hidup dengan aman, bahkan para musuh pun segan pada beliau. Nah, itu tadi sedikit kisah tentang sedikit dari begitu banyaknya amanah yang Rasulullah Muhammad SAW miliki selama beliau hidup di dunia. Sejatinya semua amanah itu Allah yang memberi, dan akan Allah ambil kembali dan minta pertanggungjawabannya kepada kita kelak di akhirat. Pantaslah Rasulullah menjadi kekasih Allah, karena beliau adalahs ebaik-baik teladan yang harus kita contoh. Muḥammad (bahasa Arab: محمد), selengkapnya Muḥammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim (lahir di Mekkah, 20 April570 – meninggal di Madinah, 8 Juni632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul bagi umat Muslim. Ia memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Meski non-Muslim umumnya menganggap Muhammad sebagai pendiri Islam, dalam pandangan Muslim, Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya sejak dari Nabi Nuh. Umat Muslim menyebut Muhammad dengan salam penghormatan "Shalallaahu 'Alayhi Wasallam" dan mengiringi dengan shalawat Nabi setiap nama Muhammad diperdengarkan. Lahir pada tahun 570 di Mekkah, Muhammad melewati masa kecil sebagai yatim piatu; ia dibesarkan di bawah asuhan pamannya Abu Thalib. Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Ia kadang-kadang mengasingkan diri ke gua sebuah bukit hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa; diriwayatkan dalam usia ke-40, Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah. Ia menyatakan dirinya sebagai utusan Allah, sebagaimana nabi-nabi yang telah Allah utus sebelumnya. Tiga tahun setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka, menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya. Praktik atau amalan Muhammad diriwayatkan dalam hadits, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam bersama Al-Quran. Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah, Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan berhala-hala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan wafat. Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.
(ilham)
Tuntunan Quran dalam memilih pemimpin
Kewajiban Umat muslim baik itu laki laki dan perempuan adalah saling mengingatkan " ... orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Al-Ashr:103:3)
Tuntunan Quran dalam memilih pemimpin Sehubungan dengan banyaknya pertanyaam kepada kami mengenai "memilih pemimpin dalam islam" maka kami putuskan membuat halaman khusus untuk itu semoga bermanfaat 51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah:51)
51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Ishak, Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim dan Imam Baihaqi mengetengahkan sebuah hadis dari Ubadah bin Shamit yang bercerita, "Tatkala aku memerangi Bani Qainuqa tiba-tiba Abdullah bin Ubay bin Salul cenderung memihak mereka dan berdiri pada pihak mereka." Setelah itu Ubadah bin Shamit menuju kepada Rasulullah saw. untuk menyatakan penyucian dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya dari fakta yang telah dibuatnya bersama orang-orang Bani Qainuqa. Ia adalah salah satu di antara orang-orang Bani Auf bin Khazraj. Ia telah mengadakan fakta bersama mereka, sama dengan apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul terhadap mereka (orang-orang Bani Qainuqa). Akhirnya Abdullah bin Ubay mengajak mereka untuk mengadakan perjanjian fakta dengan orang-orang kafir dan tidak memihak mereka. Selanjutnya Ibnu Ishak mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay, yaitu firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai wali(mu)..." (Q.S. Al-Maidah 51).
fataraaalladziina fii quluubihim maradhun yusaari'uuna fiihim yaquuluuna nakhsyaa an tushiibanaa daa-iratun fa'asaaallaahu an ya/tiya bialfathi aw amrin min 'indihi fayushbihuu 'alaa maa asarruu fii anfusihim naadimiina
52. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
53. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.
54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah [423] itulah yang pasti menang.
[423] Yaitu: orang-orang yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.
yaa ayyuhaaalladziina aamanuu laa tattakhidzuu alladziina ittakhadzuu diinakum huzuwan wala'iban mina alladziina uutuu alkitaaba min qablikum waalkuffaara awliyaa-a waittaquu allaaha in kuntum mu/miniina
57. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.
58. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.
qul yaa ahla alkitaabi hal tanqimuuna minnaa illaa an aamannaa biallaahi wamaa unzila ilaynaa wamaa unzila min qablu wa-anna aktsarakum faasiquuna
59. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik ?
qul hal unabbi-ukum bisyarrin min dzaalika matsuubatan 'inda allaahi man la'anahu allaahu waghadhiba 'alayhi waja'ala minhumu alqiradata waalkhanaaziira wa'abada alththaaghuuti ulaa-ika syarrun makaanan wa-adhallu 'an sawaa-i alssabiili
60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi [424] dan (orang yang) menyembah thaghut ?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
[424] Yang dimaksud disini ialah : orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (lihat ayat 65 surat Al Baqarah dan not 59).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Al Maidah(5):57)
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُوا۟
beriman
لَا
jangan
تَتَّخِذُوا۟
kamu mengambil
ٱلْيَهُودَ
orang-orang Yahudi
وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ
dan orang-orang Nasrani
أَوْلِيَآءَ
pemimpin
بَعْضُهُمْ
sebagian mereka
أَوْلِيَآءُ
pemimpin
بَعْضٍ
sebagian yang lain
وَمَن
dan barang siapa
يَتَوَلَّهُم
mengangkat mereka
مِّنكُمْ
diantara kamu
فَإِنَّهُۥ
maka sesungguhnya ia
مِنْهُمْ
dari (golongan) mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يَهْدِى
memberi petunjuk
ٱلْقَوْمَ
kaum/golongan
ٱلظَّٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
Al-Maidah 51
51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Bahkan Allah membrikan tuntunan dalam Alquran cara memilih Istri: 221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. 2. Diutamakan Laki-laki “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An Nisa(4):34) “Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpinnya.” (HR. Bukhari)
3. Dewasa (Baligh) Yakni memiliki kualitas yang baik dalam membedakan sesuatu yang benar dan salah, mana yang haq dan mana yang batil, yang ditunjang oleh ketaqwaan kepada Allah SWT., pengetahuan serta pengalaman bermasyarakat yang baik pula. “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An Nisa(4):5)
4. Amanah dan ditunjang oleh disiplin Ilmu yang baik Seorang pemimpin yang amanah dapat dipercaya dalam melaksanakan kepercayaan dan tanggung jawab dengan baik harus pula ditunjang oleh ilmu yang sesuai dengan bidangnya. Dengan memiliki ilmu yang baik dan berkualitas diapun akan jauh dari kendali dari golongan tertentu yang akan menjadikannya hanya sebagai pemimpin boneka demi kepentingan segolongan atau kelompok tertentu. “Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf(12):55) Sabda Baginda Nabi saw.: “Apabila suatu urusan dipercayakan kepada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya.”(HR. Bukhari)
5. Adil Adil adalah tidak berat sebelah. Semua yang dipimpinnya haruslah disayangi dan diperlakukan dengan baik sesuai yang sudah diamanahkan, baik itu dulunya yang memilihnya ataupun yang tidak memilihnya ketika proses pemilihan pemimpin. “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shaad(38):26)
6. Sehat Jasmani maupun secara mental/kejiwaan Menjadi pemimpin diperlukan fisik yang kuat serta mental yang tangguh dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sudah diamanahkan. Mental yang kuat dalam menghadapi serangan-serangan dan provokasi lawan politiknya yang harus diselesaikan secara arif dan bijaksana. Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Dzar berkata, saya bertanya kepada Rasululloh SAW, mengapa engkau tidak meminta saya memegang sebuah jabatan?; Abu Dzar berkata lagi, lalu Rasululloh SAW menepuk punggung saya dengan tangannya seraya berkata; Wahai Abu Dzar,sesungguhnya kamu seorang yang lemah. Padahal, jabatan itu sesungguhnya adalah amanat (yang berat untuk ditunaikan)” (HR. Muslim)
Surah Al-E-Imran
سُوۡرَةُ آل عِمرَان بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Surah KELUARGA ’IMRAN Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Alif laam miim. (1) Allah, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya [1]. (2) Dia menurunkan Al Kitab [Al Qur’an] kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, (3) sebelum [Al Qur’an], menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan [2]. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan [siksa]. (4) Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak [pula] di langit. (5) Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (6) Dia-lah yang menurunkan Al Kitab [Al Qur’an] kepada kamu. Di antara [isi]nya ada ayat-ayat yang muhkamaat [3] itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain [ayat-ayat] mutasyaabihaat [4]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran [daripadanya] melainkan orang-orang yang berakal. (7) [Mereka berdo’a]: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi [karunia]." (8) "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk [menerima pembalasan pada] hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (9) Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak [siksa] Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, (10) [keadaan mereka] adalah seperti keadaan kaum Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (11) Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan [di dunia ini] dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya". (12) Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu [bertempur] [1]. Segolongan berperang di jalan Allah dan [segolongan] yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat [seakan-akan] orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (13) Dijadikan indah pada [pandangan] manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [2] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik [surga]. (14) Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa [kepada Allah], pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan [mereka dikaruniai] isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (15) [Yaitu] orang-orang yang berdo’a: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (16) [yaitu] orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya [di jalan Allah], dan yang memohon ampun di waktu sahur [1]. (17) Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu [2] [juga menyatakan yang demikian itu]. Tak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (18) Sesungguhnya agama [yang diridhai] di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab [3] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian [yang ada] di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (19) Kemudian jika mereka mendebat kamu [tentang kebenaran Islam], maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan [demikian pula] orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: [4] "Apakah kamu [mau] masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan [ayat-ayat Allah]. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (20) Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (21) Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap [pahala] amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (22) Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab [Taurat], mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi [kebenaran]. (23) Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. (24) Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari [kiamat] yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya [dirugikan]. (25) Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (26) Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup [1]. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab [batas]." (27) Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali [2] dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena [siasat] memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri [siksa]-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali [mu]. (28) Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (29) Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan [di mukanya], begitu [juga] kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri [siksa]-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (30) Katakanlah: "Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (31) Katakanlah: "Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (32) Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ’Imran melebihi segala umat [di masa mereka masing-masing], (33) [sebagai] satu keturunan yang sebagiannya [keturunan] dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (34) [Ingatlah], ketika isteri ’Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat [di Baitul Maqdis]. Karena itu terimalah [nazar] itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (35) Maka tatkala isteri ’Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada [pemeliharaan] Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (36) Maka Tuhannya menerimanya [sebagai nazar] dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh [makanan] ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (37) Di sanalah Zakariya mendo’a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a". (38) Kemudian Malaikat [Jibril] memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab [katanya]: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran [seorang puteramu] Yahya, yang membenarkan kalimat [1] [yang datang] dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri [dari hawa nafsu] dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (39) Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (40) Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda [bahwa isteriku telah mengandung]". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah [nama] Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (41) Dan [ingatlah] ketika Malaikat [Jibril] berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia [yang semasa dengan kamu]. (42) Hai Maryam, ta’atlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ [2]. (43) Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu [ya Muhammad]; padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka [untuk mengundi] siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (44) [Ingatlah], ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu [dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan] dengan kalimat [3] [yang datang] daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan [kepada Allah], (45) dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (46) Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman [dengan perantaraan Jibril]: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (47) Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab [1] Hikmah, Taurat dan Injil. (48) Dan [sebagai] Rasul kepada Bani Israil [yang berkata kepada mereka]: "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda [mu’jizat] dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda [kebenaran kerasulanku] bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." (49) Dan [aku datang kepadamu] membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda [mu’jizat] dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku. (50) Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (51) Maka tatkala ’Isa mengetahui keingkaran mereka [Bani Israil] berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk [menegakkan agama] Allah?" Para hawariyyin [sahabat-sahabat setia] menjawab: "Kamilah penolong-penolong [agama] Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (52) Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi [tentang keesaan Allah]". (53) Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (54) [Ingatlah], ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (55) Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. (56) Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (57) Demikianlah [kisah Isa], Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti [kerasulannya] dan [membacakan] Al Qur’an yang penuh hikmah. (58) Sesungguhnya misal [penciptaan] ’Isa di sisi Allah, adalah seperti [penciptaan] Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" [seorang manusia], maka jadilah dia. (59) [Apa yang telah Kami ceritakan itu], itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (60) Siapa yang membantahmu tentang kisah ’Isa sesudah datang ilmu [yang meyakinkan kamu], maka katakanlah [kepadanya]: "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta [1]. (61) Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (62) Kemudian jika mereka berpaling [dari kebenaran], maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (63) Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah [berpegang] kepada suatu kalimat [ketetapan] yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak [pula] sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri [kepada Allah]". (64) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah [1] tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? (65) Beginilah kamu, kamu ini [sewajarnya] bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui [2], maka kenapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?; [3] Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (66) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan [pula] seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus [4] lagi berserah diri [kepada Allah] dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (67) Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini [Muhammad], serta orang-orang yang beriman [kepada Muhammad], dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (68) Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka [sebenarnya] tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (69) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah [5], padahal kamu mengetahui [kebenarannya]. (70) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil [1], dan menyembunyikan kebenaran [2], padahal kamu mengetahui? (71) Segolongan [lain] dari Ahli Kitab berkata [kepada sesamanya]: "Perlihatkanlah [seolah-olah] kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman [sahabat-sahabat Rasul] pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka [orang-orang mu’min] kembali [kepada kekafiran]. (72) Dan Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu [3]. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk [yang harus diikuti] ialah petunjuk Allah, dan [janganlah kamu percaya] bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan [jangan pula kamu percaya] bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas [karunia-Nya] lagi Maha Mengetahui"; (73) Allah menentukan rahmat-Nya [kenabian] kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (74) Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi [4]. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (75) [Bukan demikian], sebenarnya siapa yang menepati janji [yang dibuat]nya [5] dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (76) Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji [nya dengan] Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian [pahala] di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak [pula] akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (77) Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia [yang dibaca itu datang] dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. (78) Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi [dia berkata]: "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani [1], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (79) Dan [tidak wajar pula baginya] menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah [patut] dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah [menganut agama] Islam?" (80) Dan [ingatlah], ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya" [2]. Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah [hai para nabi] dan Aku menjadi saksi [pula] bersama kamu". (81) Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik [3]. (82) Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (83) Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ’Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." (84) Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (85) Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu [Muhammad] benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (86) Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya la’nat Allah ditimpakan kepada mereka, [demikian pula] la’nat para malaikat dan manusia seluruhnya, (87) mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak [pula] mereka diberi tangguh, (88) kecuali orang-orang yang taubat, sesudah [kafir] itu dan mengadakan perbaikan [1]. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (89) Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (90) Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas [yang sebanyak] itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (91) Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (92) Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil [Ya’qub] untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan[1]. Katakanlah: "[Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat], maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (93) Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah [2] sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (94) Katakanlah: "Benarlah [apa yang difirmankan] Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (95) Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk [tempat beribadat] manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah [Mekah] yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[3]. (96) Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, [di antaranya] maqam Ibrahim; [4] barangsiapa memasukinya [Baitullah itu] menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu [bagi] orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; [5] Barangsiapa mengingkari [kewajiban haji], maka sesungguhnya Allah Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (97) Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?" (98) Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (99) Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (100) Bagaimanakah kamu [sampai] menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nyapun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada [agama] Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (101) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (102) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu [masa Jahiliyah] bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (103) Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; [1] merekalah orang-orang yang beruntung. (104) Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (105) pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya [kepada mereka dikatakan]: "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (106) Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah [surga]; mereka kekal di dalamnya. (107) Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. (108) Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (109) Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (110) Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang [kalah]. Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (111) Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali [agama] Allah dan tali [perjanjian] dengan manusia [1], dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu [2] karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu [3] disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (112) Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus [4], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud [sembahyang]. (113) Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada [mengerjakan] pelbagai kebaikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (114) Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi [menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (115) Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (116) Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (117) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu [karena] mereka tidak henti-hentinya [menimbulkan] kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat [Kami], jika kamu memahaminya. (118) Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah [kepada mereka]: "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (119) Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (120) Dan [ingatlah], ketika kamu berangkat pada pagi hari dari [rumah] keluargamu akan menempatkan para mu’min pada beberapa tempat untuk berperang [1]. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (121) ketika dua golongan daripadamu [1] ingin [mundur] karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (122) Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar [2], padahal kamu adalah [ketika itu] orang-orang yang lemah [3]. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (123) [Ingatlah], ketika kamu mengatakan kepada orang mu’min: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan [dari langit]?" (124) ya [cukup], jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (125) Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi [kemenangan] mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (126) [Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu] untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir [4] atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa. (127) Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu [5] atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (128) Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (129) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda [6] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (130) Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (131) Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (132) Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (133) [yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (134) Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [1], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (135) Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (136) Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah [2]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan [rasul-rasul]. (137) [Al Qur’an] ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (138) Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah [pula] kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi [derajatnya], jika kamu orang-orang yang beriman. (139) Jika kamu [pada perang Uhud] mendapat luka, maka sesungguhnya kaum [kafir] itupun [pada perang Badar] mendapat luka yang serupa. Dan masa [kejayaan dan kehancuran] itu, Kami pergilirkan di antara manusia [agar mereka mendapat pelajaran]; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman [dengan orang-orang kafir] dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya [gugur sebagai] syuhada [3]. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (140) dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman [dari dosa mereka] dan membinasakan orang-orang yang kafir. (141) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad [1] di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (142) Sesungguhnya kamu mengharapkan mati [syahid] sebelum kamu menghadapinya; [sekarang] sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya [2]. (143) Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul [3]. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang [murtad]? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (144) Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan [pula] kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (145) Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut [nya] yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak [pula] menyerah [kepada musuh]. Allah menyukai orang-orang yang sabar. (146) Tidak ada do’a mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami [4] dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (147) Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia [5] dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (148) Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta’ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang [kepada kekafiran], lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. (149) Tetapi [ikutilah Allah], Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. (150) Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (151) Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu [1] dan mendurhakai perintah [Rasul] sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai [2]. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka [3] untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia [yang dilimpahkan] atas orang-orang yang beriman. (152) [Ingatlah] ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan [4], supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (153) Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan [berupa] kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu [1] sedang segolongan lagi [2] telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah [3]. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu [hak campur tangan] dalam urusan ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu [hak campur tangan] dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh [dikalahkan] di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar [juga] ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah [berbuat demikian] untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (154) Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu [4], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat [di masa lampau] dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (155) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir [orang-orang munafik] itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat [dari perkataan dan keyakinan mereka] yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (156) Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal [5], tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik [bagimu] dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (157) Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan. (158) Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [1]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (159) Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu [tidak memberi pertolongan], maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu [selain] dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (160) Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan [pembalasan] setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (161) Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan [yang besar] dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (162) [Kedudukan] mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (163) Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan [jiwa] mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum [kedatangan Nabi] itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (164) Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah [pada peperangan Uhud], padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu [pada peperangan Badar] kamu berkata: "Dari mana datangnya [kekalahan] ini?" Katakanlah: "Itu dari [kesalahan] dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (165) Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka [kekalahan] itu adalah dengan izin [takdir] Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. (166) dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah [dirimu]". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu".[1] Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (167) Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (168) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup [2] di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki, (169) mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka [3] bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati. (170) Mereka bergirang hati dengan ni’mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (171) [Yaitu] orang-orang yang menta’ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka [dalam peperangan Uhud]. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (172) [Yaitu] orang-orang [yang menta’ati Allah dan Rasul] yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia [4] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (173) Maka mereka kembali dengan ni’mat dan karunia [yang besar] dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar [1]. (174) Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti [kamu] dengan kawan-kawannya [orang-orang musyrik Quraisy], karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (175) Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; [2] sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian [dari pahala] kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (176) Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak akan dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih. (177) Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka [3] adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (178) Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini [4], sehingga Dia menyisihkan yang buruk [munafik] dari yang baik [mu’min]. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya [5]. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar. (179) Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan [yang ada] di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (180) Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan [kepada mereka]: "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (181) [Azab] yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (182) [Yaitu] orang-orang [Yahudi] yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api." Katakanlah: "Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar. (183) Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan [pula], mereka membawa mu’jizat-mu’jizat yang nyata, Zabur [1] dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna [2]. (184) Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (185) Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (186) Dan [ingatlah], ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab [yaitu]: "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu [1] ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (187) Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (188) Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (189) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (190) [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (191) Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (192) Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar [seruan] yang menyeru kepada iman [yaitu]: "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (193) Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (194) Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya [dengan berfirman], "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, [karena] sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain [1]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (195) Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak [2] di dalam negeri. (196) Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (197) Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal [anugerah] [3] dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti [4]. (198) Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (199) Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga [di perbatasan negerimu] dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (200)